Sejarah Perkembangan Marawis
Marawis adalah salah satu jenis musik perkusi dengan unsur religius yang kental. Dibawakan untuk mengiringi shalawat atau pujian kepada Allah dan Rosul, disertai tari-tarian sufistik.
Hingga kini belum ditemukan adanya penelitian ilmiah-historis ataupun data yang memadai untuk dijadikan rujukan kapan sebetulnya kesenian marawis ini berkembang dan siapa yang memeloporinya. Sumber-sumber yang bisa menjadi rujukan histori marawis baru terbatas pada sumber-sumber lisan. Konon marawis pertama kali dipopulerkan oleh para Habib (keturunan Rasulullah SAW) dan merupakan produk kebudayaan bangsa Arab.
Sumber lain menyatakan bahwa kesenian marawis pada mulanya ditemukan di Kuwait sekitar abad 16. Pada awalnya hanya terdiri dari 2 alat musik yaitu hajer dan marawis, semacam sebuah rebana dengan berukuran cukup besar yang kedua sisinya dilapisi oleh kulit binatang.
Namun kesenian ini kemudian lebih berkembang dan populer di Yaman, alat musiknya di modifikasi agar lebih menarik. Alat musik yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil. Saat ini ukuran hajir lebih besar (sejenis gendang) dan marwas atau marawis ukurannya lebih kecil. Hajir berdiameter 45cm dengan tinggi 60-70cm, marawis atau marwas berdiameter 20cm dengan tinggi 19cm, dumbuk (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Sebagian dilengkapi dengan tamborin atau krecek. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu
Sejarah masuknya marawis ke Indonesia, pertama kali dibawa oleh para ulama Hadramout (Yaman) yang berdakwah ke Indonesia dan dipentaskan pertama kali di Madura, sekitar tahun 1892. selain di Madura kesenian ini juga dibawa ke Bondowoso dan kesenian ini lebih popluer di kota Bondowoso.
Di Bondowosolah terjadi penambahan alat musik seruling, sehingga para penari yang ingin berzafin akan lebih menikmati gerakan yang di iringi alunan suara seruling (berdiamter 2,5 -3 cm dan panjang 35 cm, kedua sisi suling ini tidak ada penyumbat, dan lubang nada sendiri berjumlah 6).
Bisa dikatakan bahwa marawis pada awalnya merupakan inovasi cara berdakwah umat Islam denga pencapuran kebudayaan (akultirasi). Cara-cara berdakwah yang juga pernah diterapkan beberapa abad yang silam oleh wali songo sebagai penyebaran Islam di Jawa, seperti Sunan Bonang yang terkenal dengan Bonang-nya, Sunan Kalijaga dengan lagu ilir-ilirnya dan Sunan Ampel dengan lagu Tombo Ati-nya.
Seiring perkembangan zaman, kesenian marawis di beberapa daerah di Indonesia dikembangkan dan dilengkapi dengan menggunakan alat musik modern seperti gitar elekrik, organ , cymbal, drum, suling, dan lain-lain. Marawis plus alat-lat musik modern ini kemudian diistilahkan sebagai kesenian gambus.
Dalam katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, pada marawis terdapat tiga jenis pukulan, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Pukulan zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua pukulan itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.
Seiiring perkembangannya, masuknya kesenian marawis ke Tasikmalaya menambah khazanah baru dalam syiar dakwah di Priangan Timur. Selain pukulan zapin, sarah dan zahefah, di Tasikmalaya dikenal juga pukulan bondowoso yang merupakan variasi pukulan khas asal daerah Bondowoso.
Sarabunis adalah santri & pemerhati seni
Aktivis Sanggar Sastra Tasik (SST)
dan Komunitas Azan
Sumber : http://marawisnuruliman.blogspot.com/2012/11/asal-usul-marawis.html#ixzz3RbwtBuBP
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar